Kamis, 05 Mei 2011

Catatan sekilas abu Turob


Sekilah Tentang Fitnah Dusun Bakti
من أبي تراب إلى من يهمه الأمر.
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته.
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله ومن والاه أما بعد :
Ini sekilas kalimat yang berkaitan dengan fitnah yang terjadi di Dusun Bakti yang ana ketahui dari sumber yang akan ana sebutkan, Insya Alloh demikian kejadiannya yang ana pahami.
Pertama ana mendengar berita itu dari Irfan (salah seorang santri di pondok ana yang berasal dari Dusun), dia mengatakan: bahwa ada seorang yang bernama Mas'ud memiliki pemikiran aneh dalam fitnah Ibnu Mar'iyain karena telah banyak membaca di internet dari Dammaj Habibah dan semisalnya berdiri di depan masjid sembari mengatakan bahwa akhir-akhir ini ada nafas-nafas mencaci ulama, seperti Ubaid, Syaikh Robi' dst, dan si Mas'ud ini sudah ketahuan keburukan manhajnya sejak lama, dan di nasehati oleh syaikh 'Abdul Ghoni dan Abdulloh Iryani, katanya waktu itu dia taroju', akan tetapi setelah itu muncul lagi penyakitnya, bahkan sempat mempengaruhi beberapa orang di sana seperti bapaknya yaitu pak Abshor (kalau nggak salah) dan Sari (mungkin itu namanya) .
 Dari situ kemudian Dakwan mentahdzir Mas'ud dan beberapa orang yang terpengaruh darinya, dan kondisipun memanas.
Kemudian ada telpon dari bapaknya Irfan kepada ana menanyakan akan hal itu,(yakni perkara penghizbian Ubaid dan sikap kita dengan orang yang tidak menghizbikannya)  juga yang berkaitan dengan praktek jual beli dengan orang semacam Mas'ud ini: maka ana katakan: antum sabar dan banyak meminta tsabat dari Alloh, dan ana katakan bahwa penghizbiyan Ubaid sudah sangat jelas, dengan kelakuan-kelakuannya yang kotor: seperti mentahdzir ummat dari Dammaj dan Syaikh Yahya, berusaha memprovokasi hurros Dammaj untuk menurunkan Syaikh Yahya dari kursi, melarang belajar disana, fatwa-fatwanya yang miring, seperti intikhobat, tashwir, bekerja di tempat ikktilath, dll. Maka barang siapa yang telah tahu masalah tersebut dan  tidak berani menghizbikannya maka dia itu keliru.
Adapun berhubungan dagang dengan orang semacam ini maka ana katakan: pada asalnya jual belinya sah-sah saja, adapun meninggalkannya lebih baik apalagi katanya di toko temannya Mas'ud masih menjual buku-buku hizbi, maka meninggalkan adalah keselamatan baginya.
Sehari kemudian datang kabar lagi ke ana bahwa suasana semakin memanas sampai-sampai Akh Dzakwan dan lainnya dari ikhwah yang dari Dammaj di berhentikan mengajar sementara oleh Abdul Ahad.
Pada hari itu pula Akh Dzakwan dan ikhwah lainnya menghubungi ana dan menceritakan apa yang terjadi dari awal sampai di berhentikan mereka mengajar, dan mengatakan bahwa dia sudah banyak menasehati/ berbicara dengan Abdul Ahad masalah si Mas'ud, yang intinya tidak perlu lagi si mas'ud di urusi, bahkan yang ada dia itu harus bertobat, akan tetapi Abdul Ahad tetap bersikeras ingin mempertemukan Dzakwan dan ikhwah dengan si Mas'ud agar tegak padanya hujjah, Dzakwanpun menolak, karena bukan manhaj salaf untuk melakukan dialog dengan orang semacam ini, sementara pengaruh si mas'ud semakin menjadi-jadi sehingga sampai sampai sebagian mereka meragukan malzamah-malzamah yang datang dari dammaj, bahkan ada yang mengatakan: selama ini kita ditipu oleh mereka (Dzakwan dan ikhwah dari Dammaj).
Setelah Dzakwan menceritakan panjang lebar permasalahan, di situ mereka menanyakan kepada ana tentang pemberhentian mengajar sementara mereka, ana katakan: ya di ikuti apa yang menjadi kemauan Abdul Ahad, terus mereka bertanya: kalau mereka mengadakan kajian di luar masjid bagaimana? Ana katakan terserah antum bumi Alloh luas, kalau memang di masjid tidak diperbolehkan sementara mereka ingin belajar ya mereka di ajari dimanapun tempatnya.
Kemudian ana bilang pada mereka: tunggu dulu ya coba ana akan nasehati Abdul Ahad dulu barang kali dia menerima nasehat ana. Maka pada waktu itu pula ana langsung menghubungi Abdul Ahad dan ana tanyakan ada apa di Dusun Bakti, lantas dia menceritakan apa yang terjadi seperti yang diceritakan tadi, dan menyatakan bahwa diantara perkara Dzakwan adalah  pengilzaman seseorang untuk penghizbian Ubaid, dan juga dia menyatakan maksud dan tujuan dia mempertemukan Dzakwan dan Mas'ud.
Ana katakan kepadanya: bahwa mempertemukan mereka dengan Mas'ud itu tidak tepat karena salaf melarang melakukan seperti itu, dan juga orang semacam Mas'ud sulit  untuk berhenti dari pemikirannya kecuali jika Alloh kehendaki, karena kami telah sering mendapati orang model ini sewaktu masih di Dammaj. Dan dia juga menanyakan apakah syaikh Yahya mengilzamkan orang untuk menghizbikan Ubaid? Ana katakan: tidak.
Dan juga ana katakan: akan tetapi propaganda ilzam dan yang sejenisnya adalah dendangannya orang-orang maridh dan mumayyi'in teman-temannya Abu 'Abaya. Oleh karena itu tidak sepantasnya untuk di angkat ke permukaan.
Setelah melakukan dialog yang tidak begitu lama kamipun berpisah tanpa hasil, karena dia bersikeras dengan pendapatnya.
Kemudian datang lagi telpon dari bapaknya 'Irfan menghabarkan bahwa kondisi semakin meruncing, terus dia meminta ana untuk ikut menyelesaikan pertikaian mereka, ana katakan: bahwa bukan hak ana mencampuri permasalahan ini, coba kalau antum sampaikan kepada Ikhwah di Dammaj agar bisa di angkat ke masyayikh disana, atau memanggil Abu Mas'ud, barang kali dia lebih dewasa dalam menanggapi masalah ini.
Ternyata esok paginya (hari jum'at) Abu Mas'ud sudah sampai di Dusun sebagaimana yang di khabarkan oleh Dzakwan dkk, bahwa Abu Mas'ud mengadakan muhadhoroh yang intinya menyebutkan kondisi dakwah dari awal sampai saat itu dan diakhir omongannya dia menyatakan kehizbiyan Mas'ud, dan Dzakwan dan mengatakan kepada salah seorang dari mereka dajjal, dan langsung memberikan ultimatum pengusiran terhadap mereka yang sejalan dengan Dzakwan dengan suara tinggi. Dan suasana waktu sangat mencekam karena di pintu-pintu masjid telah di jaga ketat oleh para penjaga atas perintah Abu Mas'ud, dan tidak seorangpun di izinkan keluar atau angkat suara.
Dari situ ana simpulkan bahwa perkaranya sangat tergesa-gesa tidak melalui proses yang semestinya, lagi pula kondisi Abu Mas'ud sendiri dalam keadaan marah berat yang mengakibatkan kata-katanya tidak  terkontrol, dan belum mengadakan konfirmasi dan nasehat dari kedua belah pihak untuk ishlah, dan juga kondisi pribadi dia, ana pandang belum memiliki keahlian yang mumpuni (dari beberapa sisi) dalam masalah riskan ini.
Lihatlah, ada salah seorang ikhwan mendapat SMS dari akh di Lamongan (pondoknya Abu Mas'ud) begini bunyinya:
Dzakwan melakukan kudeta di Riau, telh tertgkp basah, maka telah kami sembelih pada jum'at pagi, jenazahx rencana di gotong k bengkulu. Anjing2 pun tidak mau makan bangkainya karna udah terlalu busuk. [Abu Mas'ud]  
Dan ana katakan juga kepada setiap penanya dalam masalah ini: bahwa siapa saja yang iklash dan memiliki niatan dan i'tikad baik dalam masalah ini dan yang lainnya dari kedua belah pihak, nanti yang bakal Alloh angkat, dan kalau salah satu pihak ada yang dholim dan tidak sesuai ridho Alloh maka Alloh yang akan membongkarnya, dan masalah seperti ini adalah masalah biasa (bukan masalah yang perlu untuk terlalu dibesar-besarkan)  untuk mentamhish (memilah) mana yang jujur dan yang tergelincir, dan insya Alloh ana suatu saat akan membikin malzamah terkait dengan masalah ini, dan ana berharap kepada Alloh subhaanah agar menjaga ana sehingga ana  tidak membela yang bathil siapapun adanya.  
Lantas Dzakwan minta pendapat ana, apa yang harus di lakukan selanjutnya: ana katakan: kalau memang demikian keadaannya lebih baik antum dan semua yang tidak di kehendaki di Dusun untuk kembali ke masing-masing kampungnya berdakwah di daerahnya, itu lebih baik dan lebih aman dari pada numpang di tempat orang lain yang tidak bisa berbuat dan berkata yang diinginkan. Bumi Alloh luas, untuk mengajarkan sunnah bisa dimana-mana.
Maka Dzakwanpun memutuskan untuk angkat kaki dari Dusun pada waktu itu juga, adapun yang lainnya ana tidak tahu.
Setelah itu para santri yang ada di pondok ana (di Bengkulu) asal Dusun Bakti berangsur pulang dengan alasan ingin mengetahui dan melihat langsung apa yang terjadi di Dusun, karena mereka adalah calon penerus dakwah di Dusun jadi harus tahu persis masalah ini (demikian kata mereka),  dan mereka yang menanyakan ana, tentang sikap ana dalam fitnah ini maka ana jawab: bahwa Abu Mas'ud terburu-buru dalam vonisnya, dan ketika 'Amru salah seorang dari mereka minta izin pulang, ana juga menyatakan perkataan ana tadi, dan ana katakan: tolong sampaikan kepada Abdul Ahad, yang intinya: untuk banyak belajar lagi, menghafal Al Qur'an dan lebih banyak ngurusi santrinya jangan banyak di ladang, karena kalau banyak keluar, santri terbengkelai, bahkan mungkin ada beberapa masalah yang tidak tertangani, dengan sebab jarangnya dia di rumah/pondok seperti masalah sekarang ini, karena ana dapat masukan dari mereka kalau Abdul Ahad, hanya mengisi sekali dalam sehari atau bahkan terkadang kosong.
Ternyata ucapan ana tersebut di rekam 'Amru tanpa sepengetahuan ana, dan memang ana katakan waktu itu bahwa Dzakwan itu ceplas-ceplos dalam berbicara, maksud ana, sebagaimana ana katakan kepada yang lainnya bahwa: Dzakwan itu cepat tanggap, dan tidak sabaran kalau melihat keganjilan dan kemungkaran, dan ingin segera bertindak dan mengingkarinya, yang mungkin bagi orang yang tidak paham maksudnya, dan tidak sabar atas tegurannya, akan terpancing untuk membalasnya yang berakibat perang/tengkar dengannya.
Dan juga ana nasehatkan juga padanya(Abdul Ahad), agar meninggalkan ungkapan-ungkapan miring, yang berkaitan dengan tuduhan pada dirinya, bahwa dia itu masih memiliki pemikiran khoriji seperti kata-kata thoghut, nyinggung tentang kondisi hukum di Indonesia, karena ana pernah mendapatkan langsung ungkapan semakna ini dari dia, ketika permasalahan dia dengan Dzul Akmal dalam surat tanah, walaupun waktu itu ana tidak mempermasalahkan terlalu jauh karena kita tahu siapa Dzul Akmal, dan juga ana dapatkan dari beberapa ikhwah yang memberitahu ana akan hal itu, masih ada beberapa ungkapan Abdul Ahad dan teman-teman dekatnya yang menjurus ke sana.
Ternyata nasehat ana di tanggapi lain oleh Abdul Ahad dan Abu Mas'ud dimana ana dapat SMS dari Abdul Ahad begini bunyinya:
kpd abu turob, suaramu yang  terekam oleh 'amru sdah sya dengar dn sya sdbh faham busuknya hatimu dari ucapanmu itu.
Dan juga ada SMS Abu Mas'ud begini bunyinya: Hae abu turob, jgn kau fahami keadaan seseorang (abdul ahad) dg seenak perutmu .. omongan yg  terekam olh 'amru tlh sampe sama kami {abu mas'ud}
Hai abu turob! abdul ahad bnyk ke ladang, kau tau disetiap ladang yang  di datangi ada mad'unya yg  prl dinasehati, bukan k ladang untk krj, bhkn dia bs di bilang ga'   pernh kerja .. kau tau?
     
     Demikianlah apa yang ana tulis, dan apa yang ana ketahui dan sejauh mana keterlibatan ana dalam fitnah di atas, mudah-mudahan Alloh menuntaskan masalah ini dengan segera dan menjadikan salafiyyin tetap dalam kistiqomahan diatas jalanNya sampai bertemu denganNya.

سبحانك اللهم وبحمدك أشهدأن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك


ditulis oleh:
Abu Turob Saif bin Hador Al Jawi
Argamulya 17 Jumadal Ula 1432 h.